Breaking

Post Top Ad

1/16/2023

Petani Sayur Bakawi Desa Kalipadang, Beromzet Jutaan Rupiah

Gresik, pojokpudak.com


Di Kecamatan Benjeng, yang tepatnya di Desa Kalipadang. Di desa tersebut, hampir 70% petani sayur maka tidak hektaran lahan sawah dan pekarangan warga ditanami aneka sayur mayur.


Kawasan Desa Kalipadang sangat terkenal sebagai sentra penghasil sayuran Bayam, Kangkung dan Sawi (Bakawi), bahkan bisa menghasilkan setiap harinya, tak heran  hingga menghasilkan melimpahnya hasil panen sayuran untuk memenuhi kebutuhan pasar di Kota Surabaya, Lamongan dan Kabupaten Gresik sendiri.


Salah satunya kelompok petani milenial yang berhasil mengubah lahan langganan banjir menjadi areal pertanian kebun sayur.  Berkat kegigihan warganya,  desa terletak di bantaran sungai Lamong ini mendapat julukan Kampung Sayur Bakawi Gresik.

Salah satu petani milenial, Agung Saputro (27) mengatakan memilih bertani sayur, karena memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan bertani padi, jagung maupun kedelai. Selain itu, masa panen relative pendek yakni berkisar antara 20 hari sampai 30 hari. 


Yang mana untuk Bayam bekisar 21 - 25 hari, Kangkung 16 - 20 hari, dan Sawi 25 - 35 hari. Dimana kita disini untuk perharinya bisa sampai 100 sampai 150 perbongkok. Sedangkan Bayam Rp 6.000, Kangkung Rp. 4.000 dan Sawi Rp. 8.000. Untuk petani sekali panen bisa mencapai jutaan. Katanya.


“Ini yang membuat kelompok milenial serius menekuni usaha kebun sayur. Sekali panen, bisa meraup penghasilan mencapai jutaan per hektar,” ujarnya , saat ditemui di kebun sayurnya, Senin (16/1/2023).


Dikatakannya, bertani sayur jauh lebih memberikan keuntungan dibandingkan bertani tanaman padi, jagung dan kedelai. Selain masa tanamnya relatif pendek yakni berkisar antara 20 hari sampai 30 hari juga  produk sayur yang dihasilkan langsung terserap pasar. 


“Jadi, petani sayur tidak repot soal pemasaran, karena pengepul langsung membeli di kebun dengan harga yang pantas,” terangnya.


Lebih jauh Agung menambahkan, kelompok petani milenial, bahkan memanfaatkan semua lahan yang ada untuk menanam sayur, termasuk memanfaatkan pekarangan di depan rumahnya. Bahkan, saat pandemi Covid-19, penghasilan dari usaha sayur tidak terdampak, justeru penghasilannya semakin meningkat. 


"Daya tarik keuntungan inilah yang membuat petani sayur dilirik kelompok milenial," tandasnya.


Desa di bantaran sungai Lamong ini, lanjutnya dikenal sebagai penghasil sayur. Hampir 70 persen warganya bekerja menjadi petani sayur di antaranya menanam Bakawi.  


“Semula hanya para orang tua saja yang bertani. Namun, sejak 5 tahun terakhir, mulai bergeser dan banyak diminati kelompok milenial. Alasannya, keuntungan bertani sayur yang jauh lebih menjanjikan” terangnya. 


Desa Kalipadang merupakan desa penghasil sayur terbesar di Gresik.  Produk sayurnya, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Gresik, tetapi juga warga Surabaya, Lamongan dan Sidoarjo.


Meski menjadi  langganan banjir, tetapi warga di desa ini tidak pernah menyerah. Mereka, membuat waduk penampung air di sekitar kebun. Waduk ini menjadi sumber satu-satunya sumber irigasi petani sayur di musim kemarau. 


“Waduk tadah hujan ini, tidak hanya menampung air, tetapi juga menjadi roda perekonomian warga di musim kemarau,” Ungkap Agung. 



Sementara itu di tempat yang sama Kepala Desa (Kades) Kalipadang, Candra Prasetya Suwandi, mengatakan kelompok petani milenial juga memanfaatkan perangkat teknologi modern di antaranya menggunakan penyiram tanaman otomatis (Sprinkle).  Penyemprot tanaman otomatis ini bisa berputar 360 derajat  untuk menyirami tanaman. 


“Dengan begitu, petani bisa bekerja lebih efektif dan hasilnya jauh lebih maksimal,” ujar Kades yang akrab disapa Candra. 



Dikatakannya, kelompok petani milenial di desa ini juga berhasil membuat pupuk organik dengan  memanfaatkan tanaman lamtoro gong di sekitar kebun.  Pupuk inovasi warga ini ramah lingkungan, efektif menyuburkan tanah dan membuat produk sayur yang dihasilkan lebih sehat.


“Karena itu, produk sayurnya langsung habis terjual di kebun. Petani gak kesulitan memasarkan hasil panennya,” terangnya. 


Kades Candra, menambahkan selama ini, petani hanya mengandalkan waduk tadah hujan. Akibatnya, saat memasuki musim kemarau  mengalami kekeringan dan petani kesulitan air irigasi. “Kami berharap dukungan Pemkab Gresik  membantu menyediakan sumur bor, karena selama ini petani hanya mengandalkan dari sungai atau tadah hujan, tidak heran kalau waktunya musim kemarau aktivitas pertanian sayur ini berhenti.


Ketersediaan sumur bor, lanjutnya, sangat dibutuhkan untuk keperluan irigasi di musim kemarau. Pasalnya, produktivitas petani terhenti di musim kemarau. “Dengan sumur bor, maka petani akan dapat terus bekerja,“  urainya.


Lebih jauh, Candra mengungkapkan, ke depan akan menjadi kebun sayur di desanya menjadi wahana wisata edukasi Agro Sayur Bakawi.  Destinasi wisata ini, menyediakan lahan bagi wisatawan, terutama anak anak belajar menanam, merawat hingga memanen sayur.



“Mohon doanya. Tekad kami menyediakan destinasi wisata Agro Petik Sayur Bakawi secepatnya terwujud,” Tambahnya. (Dyo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

your ads