Breaking

Post Top Ad

10/07/2023

RUANG KOLABORASI: Sanggar DAUN Jawa Timur dengan Komunitas Gores Warna Jogja

Gresik, pojokpudak.com


Kesuksesan era kontemporer hari ini dan diprediksikan juga berlaku di masa yang akan datang lebih ditentukan oleh kemampuan dalam membangun relasi sosial, berkolaborasi ataupun bersinergi dengan berbagai pihak. Era monopoli dan akuisisi apalagi mencurangi pihak lain telah berakhir dalam strategi sukses hari ini, bahkan kepintaran pun tidak cukup.


Sebuah riset yang dilakukan Carnegie Institute of Technology, 85% keberhasilan seseorang ditentukan oleh mindset, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam membangun hubungan dan kerjasama dengan orang lain. Artinya, kemampuan teknis hanya berkontribusi 15%. 


Menurut prediksi World Economic Forum (WEF), di tahun 2025 nanti, kemampuan memimpin dan memberikan pengaruh sosial merupakan keterampilan yang penting dan tetap relevan bila seseorang ingin tetap memiliki keunggulan kompetitif. Kita tidak akan bisa memimpin dan memberikan pengaruh sosial yang besar jika kita tidak terampil dalam membangun hubungan, berkolaborasi ataupun bersinergi dengan orang lain.


Sukses sangat ditentukan oleh faktor kemampuan saling bersinergi dan berkontribusi untuk mencapai tujuan.


Bekerja sama tentu bukan sekadar “bekerja secara bersama-sama”, tapi juga bagaimana team mampu melengkapi satu sama lain, saling berempati, dan membangun saling percaya. Soft skill inilah yang perlu dilatih oleh anak-anak kita sejak dini, dan tugas kita para orang tua adalah bagaimana memberi ruang agar anak-anak bisa melatih kemampuan bekerja sama dengan mengembangkan kecerdasan sosial. Dan hal ini juga terutama berlaku untuk anak-anak muda, termasuk mereka yang menekuni dunia seni.


Perkembangan seni hari ini lebih merupakan alat bagi para seniman untuk menyampaikan gagasan, maka setiap seniman akan dituntut untuk menjadi komunikator yang baik, melalui karya-karyanya bahkan termasuk secara verbal.


Dunia seni tentu membutuhkan skill teknik yang baik, namun itu saja tidak cukup terutama dalam seni rupa kontemporer. Perlu kemampuan berpikir kritis, dan ini bisa dilatih melalui banyak berdiskusi sharing informasi, terus berupaya mendapatkan pemikiran atau sudut pandang baru yang lebih luas, selalu up to date isue-isue hangat yang sedang berkembang di sekitarnya.


Sanggar DAUN yang telah berdiri hampir 20 tahun dan telah mempersembahkan lebih dari 2000 (dua ribu) penghargaan internasional dari berbagai lembaga internasional dan aktif terlibat pameran seni rupa anak dan festival budaya di berbagai negara, kini saatnya membangun kolaborasi dan bersinergi dengan para pelaku seni di Jogja, terutama seni rupa anak dan seniman muda dari berbagai komunitas.


Kali ini 11 seniman anak dan seniman muda dari Sanggar DAUN yang berasal dari Gresik, Surabaya, Sidoarjo dan Depok berkolaborasi dengan 3 seniman cilik dari komunitas Gores Warna Jogja.


Menampilkan total 30 karya lukis dalam berbagai media di atas kanvas berbagai ukuran yang terbesar 170x170 Cm dan yang terkecil karya 4 panel kanvas ukuran 30x20 Cm, dan 1 karya seni instalasi outdoor.


Mereka adalah:

1. Aileen Nathania Pranatha (8 tahun), dari Gores Warna Jogja, menampilkan 1 karya lukis

2. Anas Sangaji (15 tahun), Sanggar DAUN  kota Depok, menampilkan 2 karya lukis

3. Annisa Nismara (8 tahun), Sanggar DAUN  Gresik, menampilkan 2 karya lukis

4. Ariel Ramadhan (23 tahun), Sanggar DAUN  Surabaya, menampilkan 4 karya lukis

5. Azka Damara (11 tahun), Sanggar DAUN  Surabaya, menampilkan 3 karya lukis

6. Candice Jyotika Zue (5 tahun), Sanggar DAUN Sidoarjo, menampilkan 4 karya lukis

7. Isabell Roses (12 tahun), Sanggar DAUN  Gresik, menampilkan 3 karya lukis

8. Kenzie Michaela Nugroho (11 tahun), dari Gores Warna Jogja, menampilkan 1 karya lukis

9. Prisha Pamungkas (7 tahun), Sanggar DAUN  Surabaya, menampilkan 3 karya lukis

10. Raisha Riandra (11 tahun), Sanggar DAUN  Surabaya, menampilkan 3 karya lukis

11. Raiz Hakim (7 tahun), Sanggar DAUN  Surabaya, menampilkan 1 karya seni instalasi out door berkolaborasi dengan Shafi Rahman

12. Ricke Khrisna Wijaya (8 tahun), dari Gores Warna Jogja, menampilkan 1 karya lukis

13. Runa Dhafira (11 tahun), Sanggar DAUN  Surabaya, menampilkan 2 karya lukis

14. Shafi Rahman (15 tahun), Sanggar DAUN Surabaya, menampilkan 1 karya lukis dan 1 karya seni instalasi out door berkolaborasi dengan Raiz Hakim.


Selain memberi ruang untuk berusaha saling mengenal, sharing pengalaman dan gagasan, even pameran ini diharapkan juga agar anak-anak bisa mengembangkan soft skill intellectual humilty atau kerendahan hati, berlatih membuka hati dan berusaha memahami bahwa masing-masing selalu punya ruang untuk kekurangan bahkan kesalahan. Sehingga setiap anak akan tergerak untuk terus belajar dan memperbaiki diri.


Terakhir, untuk mendeskripsikan visi pameran ini bisa diwakili oleh konsep karya Raisha Riandra (11 tahun) dari Sanggar DAUN Surabaya;


RINTIK HUJAN


Apakah kamu pernah membayangkan warna hujan? Apakah warnanya putih bening atau biru seperti warna laut?


Aku sering membayangkan rintik hujan memiliki banyak warna. Ketika hujan jatuh di hutan maka warnanya akan hijau seperti hutan. Namun ketika hujan jatuh di lautan biru maka warnanya akan biru. Berarti warna hujan mengikuti warna yang di tujunya.


Lalu bagaimana jika warna hujan justru ketika kita kehujanan?

Aku menggambarkan warna rintik-rintik hujan akan seperti pelangi berwarna-warni. Karena warna rintik hujan akan terlihat berubah warna sesuai suasana hati kita. Warnanya akan menjadi merah ketika kita sedang marah. Atau warnanya jadi kuning ketika kita sedang senyum. Lalu menjadi biru ketika kita sedang tenang dan baik baik saja. Namun tiba-tiba menjadi hitam ketika kita sedang kalut. Cobalah bermain hujan dan bayangkan warna rintik hujan yang menerpamu. (Dyo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

your ads